Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan menegaskan kemungkinan mengirimkan pasukannya ke Israel, seperti yang telah dilakukan di masa lalu di Libya dan Nagorno-Karabakh. Ini dilakukan untuk “membantu” warga Palestina di sana.
Sebenarnya tak dijelaskan jenis intervensi yang akan dilakukan. Namun Erdogan selama ini menjadi kritikus keras serangan Israel di Gaza, dan mulai membahas perang itu dalam pidatonya yang memuji industri pertahanan negaranya.
“Kita harus sangat kuat agar Israel tidak dapat melakukan hal-hal konyol ini ke Palestina,” katanya dalam pertemuan partainya, Partai AK, merujuk Israel harus menyetop perang, dikutip Senin (29/7/2024).
“Sama seperti kita memasuki Karabakh, sama seperti kita memasuki Libya, kita mungkin melakukan hal serupa kepada mereka,” tambah Erdogan.
“Tidak ada alasan mengapa kita tidak dapat melakukan ini … Kita harus kuat agar kita dapat mengambil langkah-langkah ini,” tambah Erdogan dalam pidato yang disiarkan televisi.
Perwakilan Partai AK tidak menanggapi pernyataan Erdogan. Israel juga tidak segera memberikan komentar apa pun.
Perlu diketahui di 2022, Turki mengirim personel militer ke Libya untuk mendukung Pemerintah Kesepakatan Nasional Libya yang diakui Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Perdana Menteri (pm) Libya Abdulhamid al-Dbeibah, yang mengepalai Pemerintah Persatuan Nasional di Tripoli, didukung oleh Turki.
Turki telah membantah adanya peran langsung dalam operasi militer Azerbaijan di Nagorno-Karabakh. Tetapi tahun lalu mengatakan bahwa pihaknya menggunakan “segala cara”, termasuk pelatihan militer dan modernisasi, untuk mendukung sekutu dekatnya tersebut.
Angka Korban Tewas Terbaru
Sementara itu, merujuk data Anadolu Agency Minggu, angka warga Gaza yang tewas mencapai 39.300 sejak Oktober 2023 hingga sekarang. Sebanyak 90.830 orang dilaporkan terluka.
“Pasukan Israel menewaskan 66 orang dan melukai 241 lainnya dalam tiga ‘pembantaian’ … dalam 24 jam terakhir,” kata kementerian Gaza.
“Banyak orang masih terjebak di bawah reruntuhan dan di jalan karena tim penyelamat tidak dapat menjangkau mereka,” tambahnya.
Israel sendiri mengabaikan resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntut gencatan senjata segera. Israel telah menghadapi kecaman internasional di tengah serangan brutalnya selama sembilan bulan perang Israel.
Sebagian besar wilayah Gaza hancur di tengah blokade yang melumpuhkan terhadap makanan, air bersih, dan obat-obatan. Israel telah dituduh melakukan genosida di Mahkamah Internasional, yang putusan terbarunya memerintahkan Tel Aviv untuk segera menghentikan operasi militernya di kota selatan Rafah, tempat lebih dari satu juta warga Palestina mencari perlindungan dari perang sebelum diserang pada 6 Mei.