Dokter: Remaja dengan obesitas dan gangguan haid perlu waspadai PCOS

Dokter: Remaja dengan obesitas dan gangguan haid perlu waspadai PCOS

Dokter Spesialis Obstetri Ginekologi Konsultan Fertilitas RSCM dr. Mila Maidarti, SpOG saat mengunjungi ANTARA Heritage Center (AHC) di Pasar Baru, Jakarta, Rabu (9/10/2024). ANTARA/Putri Hanifa/am.

Sindrom Polikistik Ovarium (PCOS) semakin banyak ditemukan pada remaja, terutama mereka yang mengalami obesitas, gangguan haid dan resistensi insulin.

Dokter Spesialis Obstetri Ginekologi Konsultan Fertilitas RSCM dr. Mila Maidarti, SpOG mengingatkan para orang tua untuk lebih waspada terhadap gejala-gejala awal yang dapat mengarah pada PCOS, terutama pada remaja perempuan.

“Salah satu tanda yang harus diwaspadai adalah obesitas, apalagi jika disertai resistensi insulin yang ditandai dengan munculnya warna hitam di bagian belakang leher atau dikenal dengan istilah acanthosis nigricans. Jika remaja mengalami kenaikan berat badan yang signifikan serta gangguan menstruasi, sebaiknya segera dibawa ke dokter untuk evaluasi lebih lanjut,” kata dokter sekaligus dosen di Universitas Indonesia tersebut, saat mengunjungi ANTARA Heritage Center (AHC), Jakarta, Rabu.

Dokter Mila menjelaskan bahwa PCOS seringkali muncul pada remaja, bahkan sejak usia sepuluh tahun.

Namun, ia menegaskan bahwa mendiagnosis PCOS pada remaja tidaklah mudah karena siklus menstruasi mereka masih dalam tahap perkembangan, terlebih pada usia remaja, menstruasi tidak langsung teratur yang sering membuat orang tua bingung apakah ini normal atau merupakan tanda awal PCOS.

Gejala lain yang perlu diperhatikan adalah jerawat berlebih, pertumbuhan rambut yang tidak normal, siklus menstruasi yang tidak teratur, dan obesitas.

“Jika anak menunjukkan tanda-tanda tersebut, terutama dengan adanya obesitas dan resistensi insulin, diet dan gaya hidup sehat perlu segera diterapkan agar tidak berkembang menjadi PCOS di masa dewasa,” ungkap dokter Mila.

Lebih lanjut, pandemi COVID-19 disebut sebagai salah satu faktor yang turut meningkatkan prevalensi PCOS, terutama karena gaya hidup sedentari selama pembatasan sosial.

Selama pandemi, anak-anak lebih banyak duduk di rumah, belajar dari jarak jauh, dengan minim aktivitas fisik dan banyak ngemil, sehingga berdampak pada peningkatan berat badan dan akhirnya memicu kenaikan kasus PCOS.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*