Bos BNI (BBNI) Ungkap Strategi Menghadapi Kondisi Daya Beli Loyo

Direktur Utama Bank Negara Indonesia (BNI), Royke Tumilaar dalam program CNBC Indonesia Money Talks pada Rabu (2/10/2024). (CNBC Indonesia TV)

PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) merasakan adanya dampak dari tren daya beli masyarakat kelas menengah ke bawah yang menurun serta fenomena “makan tabungan” yang sedang terjadi di Indonesia.

Direktur Utama BNI Royke Tumilaar mengatakan itu terlihat dari penyaluran kredit kepada para debitur kelas menengah bawah, yang menunjukkan tingkat persetujuan kreditnya rendah dan kelancaran bayar peminjamannya juga memburuk.

“Ya memang sekarang ini kita ada suatu kondisi, memang segmen menengah bawah itu relatif daya belinya agak slow. Memang terbaca itu dari kredit di konsumen, kredit konsumennya juga tingkat approval-nya rendah, tingkat pengembalian juga mereka agak sedikit terhambat,” ujar Royke di segmen khusus Money Talks, Program Power Lunch, CNBC Indonesia, Rabu (2/10/2024).

Oleh karena itu, ia mengatakan masyarakat kelas menengah ke bawah juga harus menjadi perhatian guna untuk mendorong perekonomian RI. Menurut Royke, saat ini sebenarnya adalah momentum untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi Indonesia.

“Padahal ya kita tahu ekonomi kita kan dengan transisi politik yang baik, dengan suku bunga yang ada tendensi turun, harusnya momentum ini dipakai untuk kita mengakselerasi pertumbuhan ekonomi. Tapi jangan lupa segmen menengah bawah itu harus kita bantu juga supaya mereka ada kemampuan daya beli bersaing yang di kompetisi UMKM ini juga perlu kita perhatikan,” ujarnya.

Dalam hal ini, Royke menyebut usaha menengah, kecil, dan mikro (UMKM) menjadi yang paling penting untuk menopang pertumbuhan tersebut. Maka demikian, BNI berupaya mendorong UMKM melalui bank digital miliknya, PT Bank Hibank Indonesia (hibank).

Ia mengatakan pendirian bank digital tersebut untuk menyediakan layanan digital bagi para pelaku UMKM yang prosesnya lebih cepat dan memudahkan. Selain itu, layanan digital tersebut dapat mengurangi biaya operasional para pelaku UMKM.

“Karena operating cost-nya bank kecil itu jauh lebih murah, daripada operating cost-nya bank besar. Jadi efisiensi itu bisa terdapat dan sehingga kita bisa pricing kepada nasabah-nasabah UMKM itu terjangkau, lah buat UMKM itu untuk mereka ekspansi. Itu yang akan mendorong kita ekspansi,” jelas Royke.

Selanjutnya, Royke bilang literasi keuangan harus ditingkatkan untuk membantu masyarakat kelas menengah bawah agar tidak terjebak dengan investasi bodong atau pinjaman online (pinjol) yang tidak diperlukan.

“Itu akan menarik ke bawah semua, sehingga kemampuan [daya beli] mereka akan jauh lebih rendah,” katanya.

https://pafisintang.info/
https://pafikonawe.info/
https://digitalmediacentre.org/
https://slotkadobet.online/
https://heylink.me/kas4d-/

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*